MODUL DIKLAT SERTIFIKASI
PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN
( 6 JPL )
Disusun oleh:
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag
A. PENGANTAR
Dalam system pendidikan modern, fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan tampaknya perlu dibantu dengan media pendidikan, agar proses belajar mengajar pada khususnya dan proses pendidikan pada umumnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Hal itu disebabkan antara lain, materi pendidikan yang akan disampaikan semakin beragam dan luas mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Dewasa ini guru bukanlah satu satu-satunya sumber belajar dan penyampai pesan-pesan pendidikan sebagaimana pernah terjadi sebelum tahun lima puluhan. Mulai tahun itu teori komunikasi social mulai masuk ke dalam pendidikan, terutama alat Bantu pandang dengar atau audio visual aid dan telah mulai digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pendidikan. Media pendidikan ini tidak saja sebagai alat Bantu pendidikan, juga berfungsi sebagai penyalur pesan-pesan pendidikan.
B. TUJUAN
Peserta dapat :
Dapat menentukan langkah-langkah untuk memilih media pendidikan agama Islam yang tepat guna.
Dapat menyebutkan kriteria yang tepat untuk memilih media pendidikan agama Islam yang digunakan.
Dapat mempergunakan media pendidikan agama Islam yang sesuai dengan pokok bahasan yang disampaikan.
C. PENGELOMPOKAN
Peserta dikelompokkan sesuai dengan identifikasi masalah yang telah ditemukan dan tiap kelompok beranggota antara 4-5 peserta.
D. MATERI, METODE & WAKTU
MATERI
Sehubungan dengan telah meluasnya pemakaian media pendidikan ini dalam proses belajar mengajar bidang studi pendidikan agama Islam, maka di bawah secara berturut-turut disampaikan dua sub pokok bahasan, yaitu:
1. Makna dan Fungsi media pendidikan bagi guru agama Islam,
2. Pemanfaatan dan keterbatasan media pembelajaran.
METODE
Brainstorming, analisis konstektual, diskusi dan praktek.
WAKTU
2 JPL teori (90 menit)
4 JPL praktek (180 menit)
HANDOUT
Makalah nara sumber
E. BAHAN DAN ALAT
Untuk tercipatnya proses pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan tersalurkannya pengalaman peserta, maka dibutuhkan alat bantu/media pendidikan antara lain:
1. Alat tulis (block note)
2. Papan tulis / kertas plano, spidol, lakban (hindari warna merah, kuning atau hijau)
3. Laptop
4. LCD
5. CD-CD model media pembelajaran
Alat bantu lain yang penting adalah media simlasi sederhana dan mudah didapat, mudah diciptakan sendiri, dan cocok dengan materi yang akan disajikan. Alat bantu ini bissa berupa kliping koran, film, gambar-gambar, kertas warna-warni dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
F. LANGKAH KEGIATAN
1. Fasilitator membuka sesi dengan mengajak peserta mengucapkan basmalah secara bersama-sama. Sampaikan pertanyaan ringan, “Apakah sudah siap bertempur lagi?”, atau pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Jelaskan topic bahasan sesi ini, perlunya pembahasan dan target yang ingin dicapai. Jelaskan secara ringkas garis besar pembahasannya (15 menit).
2. Ajaklah peserta melakukan eksplorasi pandangan mereka tentang media pembelajaran, kelebihan dan kekurangannya, manfaatnya dan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajaran (30 menit).
3. Mintalah masing-masing peserta untuk menyampaikan satu isu kekinian yang relevan dengan pemanfaatan media pembelajaran pendidikan agama Islam. Fasilitator melakukan list semua masukan yang mungkin dengan bahasa yang berbeda. Setelah semua peserta menyampaikan pendapatnya, tanyakan ke peserta apakah ada yang bisa dikelompokkan dalam wilayah isu yang sama? Lakukan pengelompokan jika itu mungkin dilakukan. Jika dianggap terlalu banyak, bisa ditawarkan kembali ke peserta, apakah harus semua didikskusikan atau bisa dipilih beberapa isu yang paling menonjol. Bagilah peserta sesuai dengan sebanyak usulan yang ada. Berilah point-point yang akan didiskusikan, misalnya latar belakang perlunya media dalam pembelajaran, macam-macam media dengan kelebihan dan kekurangannya, kendala-kendala dalam menggunakan media pembelajaran, bagaimana kondisi madrasah dan guru-guru agama dalam pemakaian media, bagaimana media dapat membuat belajar efektif dan efisien, dan sebagainya (45 menit)
4. Mintalah masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Untuk menjaga kebosanan, presentasi dilakukan dengan model panel dan sekaligus mempraktekkan cara pemanfaatan media pembalajaran dengan topik tertentu yang dipilih oleh masing-masing kelopok (90 menit).
5. Jika ada narasumber diposisikan sebagai pembahas dalam penel ini. Dengan demikian pembahasan menjadi lebih hidup dan terhindar dari regulasi murid-guru, yang mungkin saja menjadi tidak produktif (45 menit).
6. Tanyakan kepada peserta, apakah sudah ada pemahaman tentang pentingnya pemanfaatan media pembelajaran dengan pendekatan konektual teaching-learning. Tidak harus ada sepakat, tetapi setidaknya sudah terjadi refleksi dan pemahaman yang mendalam dari proses ini. Ajaklah peserta peserta bertepuk tangan atas keberhasilan diskusi yang cemerlang dan tutup dengan bersama-sama membaca alhamdulillah.
G. LEMBAR KERJA
Lembar kerja 1
1. Lakukan Brainstorming tentang media pembelajaran, kelebihan dan kekurangannya, manfaatnya dan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajaran
2. Masing-masing peserta menyampaikan satu isu kekinian yang relevan dengan pemanfaatan media pembelajaran pendidikan agama Islam
Lembar kerja 2
Diskusikan pada masing-masing kelompok dan tulis hasilnya pada plif chart:
1. Latar belakang perlunya media dalam pembelajaran,
2. Macam-macam media dengan kelebihan dan kekurangannya,
3. Kendala-kendala dalam menggunakan media pembelajaran,
4. Kondisi madrasah dan guru-guru agama dalam pemakaian media,
5. Bagaimana media dapat membuat belajar efektif dan efisien, dan sebagainya
Lembar kerja 3
Secara berkelompok peserta membuat skenario pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dengan mengambil Kompetensi Dasar sesuai dengan kelas kelompok masing-masing
Kegiatan Pembelajaran
Pengorganisasian
Siswa
Waktu
Pendahuluan
Inti
Penutup
H. BAHAN BACAAN UNTUK TOOLKITS PESERTA
Bahan Bacaan I
MAKNA DAN FUNGSI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan.
Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran.
Dari pemikiran di atas sudah jelas media pendidikan itu berkaitan dengan kemajuan suatu pendidikan yang meliputi sebagai berikut :
1. Arti, fungsi dan nilai media pendidikan.
2. Tujuan pendidikan.
3. Psikologi belajar.
4. Bentuk media pendidikan.
Pembahasan ini akan dimulai dari pengertian media pendidikan sebagai alat komunikasi.
Alat komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan.[1] Kaitannya dengan media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan.[2]
Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.[3]
Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.[4]
Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.
1. Arti dan Fungsi Media Pendidikan
Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi.[5]
Robert Hanick dan kawan-kawan (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).[6]
Sedangkan Oemar Hamalik mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah.
Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.[7]
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.[8]
Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan.
Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motifasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa.
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa.[9] Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan.
Menurut Ensiclopedi of Educational Reseach, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.[10]
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan ditujukan untuk menghantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing dan diarahkan oleh guru dan siswa berperan aktif.[11]
Filsafat pendidikan memberikan kontribusi yang besar mengenai tujuan pendidikan, karena di dalam filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita yang mengatur tingkah laku atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Berdasarkan pada uraian di atas maka tujuan pendidikan adalah:
a. Memperbaiki mental, moral, budi pekerti memperkuat keyakinan agama.
b. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.
c. Membina atau memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
d. Membangun warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab
Sebagai seorang pendidik, perumusan tujuan pembelajaran merupakan suatu hal yang pokok sebelum melakukan kegiatan pengajaran. Untuk meneruskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Berorientasi pada kepentingan siswa, dengan bertitik tolak pada perubahan tingkah laku.
b. Dinyatakan pada kata kerja yang operasional artinya menunjukkan pada hasil perbuatan yang dapat diamati atau hasilnya dapat diukur dengan alat ukur tertentu.[12]
3. Psikologi Belajar
Pada umumnya belajar dapat kita lihat dari jenis pandangan, yakni tradisional dan pandangan modern. Pertama, pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” memegang peranan yang penting dalam hidup manusia, pengetahuan adalah kekuasaan siapa saja yang memiliki banyak pengetahuan maka ia akan mendapat kekuasaan. Kedua, pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku perekat interaksi dengan lingkungannya. Seorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku.[13]
Jadi dengan demikian, belajar merupakan suatu keharusan untuk manusia agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai proses perubahan tingkah laku yakni berintelektual tinggi serta berakhlakul karimah.
Untuk mencapai suatu tujuan pelajaran para ahli psikologi pendidikan telah merumuskan beberapa teori yang digolongkan menjadi tiga bagian.
a. Teori Psikologi Daya atau formal disipline
Teori ini menekankan pada daya-daya yang dimiliki oleh anak yakni daya mengingat, daya berfikir, daya mencipta, daya perasaan, dan daya kemauan. Untuk mengembangkan daya tersebut maka perlu dilatih. Misalnya, membentuk daya mengingat, maka para siswa perlu diberi latihan fakta-fakta, untuk melatih daya berfikir para siswa diberi hitungan yang berat-berat dan lain-lain. Yang pening dari teori ini menekankan pada faktor pembentukannya bukan pada faktor materi yang digunakan.
b. Teori Psikologi Asosiasi
Teori ini dikenal dengan sebutan S-R bond teory yakni teori ini stimulus response. Setiap stimulus menimbulkan jawaban tertentu misalnya 5 x 4 = 20, 5 x 4 adalah stimulus sedangkan 20 = response. Teori ini kemudian menjadi dasar tumbuhnya teori connectionisme yang mempunyai doktrin pokok “hubungan antara stimulus dan respon”. Asosiasi dibuat antara kesan-kesan penginderaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Thorndike dengan S-R bond teori itu menyusun hukum-hukum belajar sebagai berikut :
1) Hukum latihan atau prinsip use dan disuse. Apanbila hubungan itu sering dilatih ia akan lebih kuat.
2) Hukum pengaruh, hubungan itu akan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidak senangan yang berkenaan pada penggunaannya.
3) Hukum kesediaan atau kesiapan, apabila suatu ikatan untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap akan menimbulkan ketidak senangan.
Implikasi dari teori itu dalam belajar adalah :
1) Kelakuan belajar, adalah berkat pengaruh atau perbuatan yang dilakukan terhadap individu.
2) Menjelaskan kelakuan dan motivasi secara mekanis.
3) Kurang memperhatikan proses-proses mengenal dan berfikir.
4) Mengutamakan pengalaman-pengalaman masa lampau.
5) Menganggap bahwa situasi keseluruhan terdiri dari bagian-bagian.
c. Belajar menurut psikologi gestalt
Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur, unsur-unsur tersebut berada dalam keseluruhan menurut struktur tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain.
Implikasi teori tersebut terhadap belajar antara lain sebagai berikut:
1) Belajar dimulai dari keseluruhan.
2) Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian.
3) Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan.
4) Anak belajar menggunakan pemahaman.
5) Belajar merupakan rangkaian reorganisasi pengalaman.
6) Hasil belajar meliputi semua aspek tingkah laku.
7) Anak yang belajar merupakan keseluruhan bukan belajar pada otaknya saja.[14]
4. Bentuk Media Pendidikan
Sesuai dengan pemikiran di atas media pendidikan tidak terbatas pada alat-alat audio-visual yang dapat dilihat, didengar melainkan anak dapat melakukannya sendiri. Dalam hal ini maka tercakup pula di dalamnya pribadi dan tingkah laku guru.
Secara menyeluruh, bentuk media pendidikan terdiri dari :
a. Bahan-bahan catatan atau membaca (suplementari materialis)
Misalnya buku, komik, koran, majalah, bulletin, folder, periodikal dan pamflet, dan lain-lain.
b. Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ini seperti :
1) Media pendidikan tanpa proyeksi, misalnya papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan diagram, grafik, karton, komik, gambar.
2) Media pendidikan pada tiga dimensi, misalnya pada benda asli dan benda tiruan contoh, diorama, boneka, dan lain-lain.
3) Media yang menggunakan teknik atau masinal.
Alat-alat yang tergolong dalam kategori ini meliputi film strip, film, radio, televisi, laboratorium elektro perkakas atau instruktif, ruang kelas otomotif, sistem interkomunikasi dan komputer.
c. Sumber-sumber masyarakat
Berupa obyek-obyek, peninggalan sejarah, dokumentasi bahan-bahan masalah-masalah dan sebagainya.
d. Kumpulan benda-benda
Berupa benda-benda yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari, misalnya potongan kaca, benih, bibit, bahan kimia, darah dan lain-lain.
e. Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru
Meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru waktu mengajar, misalnya dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik, dan lain-lain.
Bahan Bacaan II
PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Teknologi komunikasi merupakan teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan-bahan (sofware) yang disajikan telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan termasuk pendidikan dan teknologi komunikasi pendidikan itu mempunyaisuatu manfaat dalam mempengaruhi dan mengetahui hal–hal yang ada di sekitar dan diperuntukan kepada orang lain secara timbal balik, sehingga mampu untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan seperti halnya di indonesia sarana yang cukup memadai dalam teknologi komunikasi adalah media radia, televisi dan lain–lain. Teknologi komunikasi dapat digunkan untuk menimbulkan kepekaan terhadap keadaan, nasip serta malapetaka yang menimpa pada suatu daerah, dengn adanya media teknologi komunikasi maka keadaan yang demikian dapat menimbulkan suatu respon dan rasa solidaritas (kesetiakawan) kepada orang lain apabila dalam pendidikan khuusnya pendidikan formal maka teknologi komunikasi seperti media komunikasi yang dijadikan pelengkap untuk menambah intlektual dan emosianal dalam pendidikan misal: OHP vidio, televisi maka selain itu haruslah ada teknologi kemunikasi yang lebih sentral atau menjadi pusat pengembangan dan pemahaman bagi anak didik yaitu seorang pendidik (guru) yang dapat memberikan suatu pesan atau amanah dalam menjadikan akan didik lebih dewasa, maka dari itu kami disini akan membahas tentang manfaat dari teknologi dalam pengembangan pendidikan.
Komunikasi berasal dari bahasa latin : Communicatee yang berarti memberitahukan, berpartisipasi atau menjadi milik bersama, misalnya komunikasi diartikan : proses menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisipasi agar hal-hal yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dan kemunikasi (orang yang menerima pesan).[15]
Komunikasi dapat diartikan menjadi empat yaitu :
1. Penerapan praktis merupakan suatu yang sudah diolah dan siap dipakai oleh para pelaksana dan penerima pendidikan tenru saja pada tingkatan dan tanggung jawab yang berbeda.
Misalnya menerapkan produk elektronika seperti komputer, radio dan lain-lain dalam belajar mengajar
2. Prinsip dan penemuan ilmu komunikasi baik pada diri manusia maupun pada mesin (peralatan) tetapi dalam pengertian “man machine system”
3. Efisien dan efektif berarti dalam aplikasi prinsip dan penemuan itu tidak semata-mata merupakan komponen tambahan melainkan yang mempunyai peranan khusus dan menentukan adanya perubahan peranan pada komponen yang lain. Misal : tidak ada sekedar membantu guru (sebagai alat bantu mengajar yang sering kali hanya dipajang didepan kelas) melainkan menunjang guru dengan pedoman dan syarat penggunaan tertentu
4. Proses pendidikan, bukan hanya yang berlangsung didalam kelas atau didalam sekolah saja melainkan yang berlangsung pada semua tingaktan (level) yaitu mulai dari proses kurikulum, perencanaan pengajaran sampai pelaksanaan interaksi dalam belajar.[16]
Komunikasi memegang peranan penting dalam pendidikan agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara guru (sumber) dan murid (penerima).
Selender (s)/sumber yaitu orang yang melakukan komunikasi atau memberi pesan. Message (m) yaitu isi pesan yang diberikan oleh sumber kepada penerima pesan. Sedangkan penerima pesan disebut reciver dan dilambangkan dengan R. Dalam proses itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi umpan balik (feed back) dalam hal ini penerima pesan (R) berubah fungsi sebagai selender sedangkan sumber menjadi receiver atau penerima pesan.
Dalam proses / konsep teknologi pendidikan, tugas media bukan hanya sekedar mengkomunikasikan hubungan antara sumber (pengajar) dan sipenerima (si anak didik), namun lebih dari itu merupakan bagian yang integral dan saling mempunyai keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.[17]
Ø Pola-pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar (pendidikan)
Pola komunikasi dalam interaksi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian:
(1). Pola komunikasi satu arah
Seorang guru sebagai pusat belajar mengajar (teacher centered), guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah sianak didik mendengarkan dan mencatat (si anak didik pasif) gurulah yang merencanakan, mengendalikan dan melaksanakan segala sesuatu.
Tapi pola ini banyak kelemahan dibanding keuntungan, kelemahanya : suasana kelas kaku, guru cenderung otoriter sebab hubungan guru dengan si anak seperti majikan dengan bawahan, mengerti atau tidak mengertinya si anak didik tidak dengan cepat diktehu guru dan guru akan berbicara terus menerus.
(2). Pola komunikasi dua arah
Pada pola ini sianak didik memperoleh pengetahuan didalam kelas di bawah bimbingan guru atau dengan bantuan tenaga temannya sendiri, terjadilah suatu proses saling bertukar pikiran atau saling membero informasi yang mematangkan si anak didik dalam segala perbuatan belajar.
Pola komunikasi dua arah ini terbagi menjadi 3 yaitu:
(a). Jalur dua arah guru dan anak didik
Si anak punya kesempatan untuk bertanya, mengajukan hadapan, keberatan atau tidak setuju tentang apa-apa yang disampaikan kepadanya, tentang apa-apa yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
(b). Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan
Jalur ini lebih memberi kesempatan lagi kepada anak didik tidak hanya kepada guru dia menanyakan dan mengemukakan pendapatnya, akan tetapi juga kepada teman-teman yang duduk di kiri-kanannya.
(c). Jalur dua arah guru anak didik dan antara anak didik
Ini dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih berarti lebih berdaya guna, lebih berhasil guru pada diri anak didik dan masyarakat karena memberi kesempatan lagi pada anak didik dan masyarakat karena memberikesempatan lagi pada anak didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya tidak hanya kepada guru akan tetapi juga dapat antar anak didik.
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak didik, guru/ pengajar haruslah tahu kriteria/karakteristik dari anak didiknya karena setiap individu itu mempunyai perbedaan adanya itu karena pengaruh:
1. Pembawaan yaitu kepantasan intelegensi urat saraf dan benrtuk tubuh
2. Lingkungan yaitu pengaruh dari luar yang mempengaruhi perkembangan anak. Misal: ekonomi keluarga, masalah keluarga.[18]
Selain pada pendidikan yang berkisar verbal maka ada bentuk-bentuk komunikasi lain yang bersifat non-verbal yang tidak kalah pentingnya untuk proses pendidikan/ pembelajaran yang bersifat formal, yaitu:
(1). Para bahasa (paralanguage), komunikasi yang menggunakan, nada suara intonasi atau yang menyampaikan “pesan khusus”
(2). Bahasa tanda (sign language), komunikasi yang menggunakan segala macam kodifikasi untuk mengganti biloangan tanda-tanda baca: kata-kata, menggunakan bahasa rambu
(3). Bahasa perbuatan (action language), komunikasi yang menggunakan isyarat, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
(4). Bahasa obejek (objek language), komunikasi yang menggunakan benda-benda tertentu yang mempunyai makna tertentu
(5). Takfil (tacfil), komunikasi yang menggunakan rabaan atau pegangan (Sudjana & Rivai, 1989)
Dari bentuk-bentuk komunikasi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi dapat bersifat abstrak dan bersifat konkret tergantung pada media yang digunakan.[19]
Didalam teknologi kominikasi yang penerapannya dalam pendidikan banyak sekali aktivitasnya yaitu :
- fasilitas dan media yang mengentarai transaksi dan informasi
- metode pendidikan dimana fasilitas dan media merupakan komponen integral
- serangkaian pilihan yang menghendaki adanya
a. Perubahan fisik kelas
b. Hubungan guru dan murid yang tidak langusng, artinya: bahwa ada media pelengkap untuk memberi suatu pengetahuan lebih dalam menangkap mata pelajaran
c. Aktiviras murid yang relatif independent di kontrol guru
d. Tenaga pembantu guru (juru ajar/para guru profesional)
e. Perubahan peranan dan kecakapan guru yang diperlukan
Kita lihat dari teknologi komunikasi yang non verbal dan sepertinya bias digunakan dalam komunikasi instruksional, komunikasi instruksional emr subset dari komunikasi secara keseluruhan yang bersifat metodis-teoritis, maksudnya kajian atau garapannya berpola tertentu sehingga akhirnya bisa diterapkan untuk kepentingan dilapangan, adapun manfaat adanya komunikasi instruksional yaitu: efek perubahan tingkah laku yang terjadi, sehingga hasil tindakan komunikasi instruksional bisa dikontrol atau dikendalikan digunakan baik misal : vidio dalam pengajaran, komputer untuk mengembanagkan ilmu yang lebih maju, tapi komunikasi instruksional juga lebih ditekankan kepada pola perencanaan dan pelaksanaan secara operasional yang didukung oleh teori-teori untuk keberhasilan efek perubahan perilaku pada pihak sasaran pelaksanaan tersebut yaitu : guru, dosen, penyulung, pembimbing.[20]
Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan teknologi komunikasi pendidikan dipengaruhi aspek internal dan juga aspek eksternal, dan pada aspek internal yaitu ada beberapa faktor:
Ø Hambatan pada sumber yaitu komunikator/guru
- Hambatan kejiwaan/psikologis yaitu simpati, ketidak senangan, benci
- Hambatan bahasa yaitu gangguan sematik yang berhubungan digunakan arti kata salah (bahasa/kata-kata yang belum dipahami)
- Perbedaan pengalaman yaitu gangguan pada masalah kehidupan (penyampaian dari komunikator apa yang disampaikannya tentu tidak sebaik mereka yang mempunyai keahlian yang baik (kecongkakan, kurang motivasi, kurang pergaulan)
Ø Hambatan pada media/alat komunikasi
- Hambatan/gangguan pada saluran terjadi karena adanya ketidakberesan pada saluran komunikasi atau pada suasana sekitar berlangsungnya proses komunikasi dalam pendidikan
Misalnya gangguan suara, tidak jelas/sakah teknis, gambar tidak jelas, dan lain-lain.
- Hambatan pada komunikan terjadi pada pihak komuniktor atau pengajar dan media/saluran tetapi pihak sasaran pun bisa berpeluang untuk menghambat bahkan kemungkinan lebih besar dari yang lain (timbul kecurigaan) (menurut Cawley, 1982)
Secara umumnya; Hambatan dalam komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Verbalisme, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata secara lisan (anak didik pasif)
2. Perhatian yang bercabang yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan adanya tangkap murid sehingga sering terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. Tidaka adanya tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon aktif apa yang disampiakan oleh guru, sehingga tidak terebntuk sikap yang diperlukan. Disini proses pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
5. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi yang “monoton’ emnyebabkan kebosanan murid
6. Kaadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu, misal obyek nyg terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat,dan obyek yang terlalu kompleks serta konsep yang terlalu luas,sehingga menyebapkan tanggapan murit menjadi mengambang.
7. Sipat pasip anak didik yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebapan kesalahan memilih teknik komunikasi dalam pendidikan/ pengajarannya.[21]
Untuk mengatasi hambatan di atas ada beberapa pelancar komunikasi, memperlancar itu dengan halnya:
1. Kepercayaan/kredibilitas.
2. Kewenangan yang adil.
3. Kewibawaan.
4. Kondisi tehnik yang baik.
5. Penguasaan sematik/bahasa yang baik.
6. Status sosial seseorang guru yang baik dan profesional.
7. Menghindari lambang-lambang yang belum di pahami oleh penerima pesan.
8. Penyajian yang di persiapkan secara mantap.
9. Usaha untuk mengatasi ferbalisme ialah penggunaan media secara terinterigrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji, stimulus informasi, sikap dan lain-lain, untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Manfaat teknologi komunikasi dalam pendidikan
Masuknya teknologi komunikasi pendidikan dalam garis besarnya akan mempengaruhi strategi pengembangan kurikulum pola interaksi pendidikan dan lahirlah berbagai bentuk lembaga pendidikan, dalam hal ini media mempunyai peranan penting yang di laksanakan secara menyeluruh yaitu:
1. Sumber media berupa orang saja ( kebanyakan terjadi pada madrasah sekarang ini) dalam pola interaksi ini guru kelas memegang penuh kendali atas berlangsungnya pengajaran dan bahkan pendidikan.
2. Sumber berupa orang yang di bantu oleh sumber lain, maka guru masih memegang kontrol hanya saja tidak mutlak, karena dia dibantu oleh sumber lain.
3. Sumber orang bersama sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab (terdapat kontrol bersama) misalnya media mengontrol penyajian informasi serta efektifitas penerimaan pesan sedang guru kelas mengontrol disiplin dan kegairahan belajar.
4. Sumber lain/ media tanpa sumber berupa orang, keadaan ini terjadi dalam suatu pembelajaran melalui media, tetapi pelu diingat bahwa media tidaklah mendidik, media dipakai oleh guru untuk mencapai pengembangan anak didik. Berbagai bentuk lembaga pendidikan dapat lahir sebagai pengaruh tekkom, kelembagaan sistem belajar jarak jauh(BJJ) misalnya : merupakan suatu bentuk kelembagaan baru dibanding dengan bentuk yang sudah kita kenal semula. Pertumbuhan ke arah bentuk baru, secara teoritis dapat menuju ke arah terciptanya suatu ”jaringan belajar” (tearning network) yang tidak lagi merupakan suatu lembaga pendidikan, melainkan suatu suasana dimana sumber belajar dalam arti luas, tersedia untuk siapa saja yang mempunyai hasrat belajar. Pemanfaatan tekkom yang tampak secara nyata yaitu media/ alat. Media ini tidak terbatas pada yang dipersiapkan oleh guru kelas sendiri, melainkan yang lebih penting dipersiapkan oleh tiem pembelajaran yang terdiri ahli-ahli dalam bidangnya masing-masing pengajar .
Di lihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan untuk penggunaan media yaitu:
a. Dipakai secara massa yang meliputi radio, televisi, teleblackboard.
b. Dipakai dalam kelakuan, baik kecil maupun besar seperti:proyektor film bingkai, overhead , kaset video, kaset suara.
c. Dipakai secara individual seperti mesin belajar misalnya komputer.
Kecenderungan/manfaat pendayagunaan telkom pada saat ini meliputi 5 kebutuhan sebagai berikut:
1. Meningkatkan mutu pelajaran secara langsung
2. Melatih, menatar guru
3. Memperluas jangkauan madrasah
4. Pendidikan dasar dan buta huruf
5. Pendidikan orang dewasa dan pembangunan masyarakat
Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting peranannya dalam proses pendidikan dan belajar mengajar, karena itu efektivitasnya harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru. Agar proses komunikasi lebih efktif dan dengan demikian tujuan pendidikan tercapai secara optimal. Dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreativitas anak didik dan hanya media yang akan mengontrol penyajian informasi bagi anak didiknya pula dan guru juga sebagai sumber sentral agar dapat memberi suatu pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asnawir, Media Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
2. Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
3. Chabib Thoha, dkk (ed), PBM-PAI di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
4. Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1990,
5. Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, Semarang: RoSail, 2005.
6. Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemars, 1983.
7. Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
8. Sudjana, Nana, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1990.
9. Yusuf Hadi Miarso dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1984.
10. Zahara Idris, Dasar-Dasar Pendidikan, Angkasa Raya, Padang, 1981.
[1] Dr. H. Asnawir, Media Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
[2] Dr. S. Nasution, Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemars, 1983.
[3] Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
[4] Ibid., h. 7.
[5] Ibid., h. 11.
[6] Drs. Benni Agus Pribadi, Media Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 1996.
[7] Ibid., h. 23-25.
[8] Yusuf Hadi Miarso dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1984.
[9] Dr. Nana Sudjana, Media Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1990.
[10] Ibid., h. 27-31.
[11] Ibid., h. 1.
[12] Ibid., h. 138.
[13] Ibid., h. 40.
[14] Ibid., h. 41-44.
[15] Drs. Chabib Thoha, PBM-PAI di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, h. 254
[16] Yusuf Hadi Miarso, Teknolpgi Komunikasi pendidikan, CV. Rajawali, cet II, Jakarta, 1986, h. 168
[17] Prof. Dr. H. Asnawir dkk, Media Pembelajaran, Cipta Pers, Jakarta, 2002, h. 7 – 9
[18] Prof. Zahara Idris, MA., Dasar-Dasar Pendidikan, Angkasa Raya, Padang, 1981, h. 71 – 73
[19] Drs. Chabiab Thoaha, op.cit., h. 295
[20] Drs. Dawit, M. Yusuf, Komunikasi pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1990, h. 11-12
[21] Prof.Dr. H. Asnawir, op cit ,h. 6.
1 komentar:
Assalam.
Gimana kabarnya sayang...?
Kuiah S3 nya dah selesai? cepetan dong...
Aq sangat kangen ma kamu...
Wassalam
Temen lamamu (Yogyakarta)
Posting Komentar